Ketum SPBI Dr. Iswadi Sesalkan Otoritas Maritim Malaysia yang Tembak 5 Pekerja Migran Indonesia*

Jakarta: Ketua Umum Solidaritas Pemersatu Bangsa Indonesia (SPBI) Dr. Iswadi, M.Pd menyampaikan penyesalan mendalam terhadap tindakan otoritas maritim Malaysia yang menembak lima pekerja migran Indonesia. Kejadian ini telah menciptakan kecemasan yang mendalam di kalangan masyarakat Indonesia, khususnya terkait dengan perlakuan terhadap tenaga kerja Indonesia yang bekerja di luar negeri. Menurut Dr. Iswadi, insiden ini bukan hanya menggambarkan kurangnya perlindungan terhadap pekerja migran Indonesia, tetapi juga mencerminkan ketegangan dalam hubungan bilateral antara Indonesia dan Malaysia yang perlu segera diatasi.Hal tersebut disampaikan , Dr. Iswadi, M. Pd. kepada wartawan, Senin 27 Januari 2025

Alumni Program Doktoral Manajemen Pendidikan Universitas Negeri Jakarta tersebut mengatakan Sebagai negara yang memiliki banyak pekerja migran di luar negeri, Indonesia memiliki tanggung jawab besar dalam melindungi hak-hak warganya, baik yang bekerja di sektor formal maupun informal. Pekerja migran Indonesia di Malaysia, yang sebagian besar bekerja di sektor perkebunan, konstruksi, dan domestik, sering kali menjadi korban kekerasan, diskriminasi, serta perlakuan tidak manusiawi. Kasus penembakan ini menambah daftar panjang pelanggaran yang dialami oleh pekerja migran Indonesia di negara tersebut, yang sudah sering terdengar dalam laporan media internasional.

Menurut Dr. Iswadi, tindakan yang dilakukan oleh pihak otoritas maritim Malaysia ini harus mendapat perhatian serius dari pemerintah Indonesia. Sebagai negara yang memiliki hubungan ekonomi dan politik yang kuat dengan Malaysia, Indonesia perlu menuntut pertanggungjawaban atas kejadian tersebut. Dr. Iswadi menilai bahwa meskipun Malaysia mungkin memiliki alasan tertentu dalam melakukan tindakan tersebut, namun tidak ada alasan yang bisa membenarkan kekerasan terhadap pekerja migran, apalagi sampai mengakibatkan korban jiwa.

Pemerintah Indonesia, lanjutnya, harus berperan aktif dalam memberikan perlindungan hukum kepada warga negaranya di luar negeri, baik melalui jalur diplomatik maupun kerjasama bilateral dengan negara penerima tenaga kerja. Selain itu, negara juga harus memberikan dukungan kepada keluarga korban dan memastikan agar kasus ini diproses secara transparan dan adil. Dr. Iswadi juga menyarankan agar Indonesia memperkuat sistem pendataan dan perlindungan pekerja migran, agar kejadian serupa tidak terulang di masa depan.

Dr. Iswadi menambahkan bahwa pekerja migran Indonesia yang bekerja di luar negeri, khususnya di Malaysia, seringkali berada dalam posisi yang rentan. Mereka sering kali tidak memiliki akses yang memadai terhadap informasi tentang hak-hak mereka, dan sering kali harus menghadapi kondisi kerja yang sangat buruk. Sebagai contoh, banyak pekerja migran Indonesia yang bekerja dengan kontrak yang tidak jelas atau bahkan terjebak dalam situasi kerja paksa. Mereka juga sering kali terisolasi dari keluarga dan masyarakat, yang membuat mereka rentan terhadap penyalahgunaan oleh pihak-pihak yang tidak bertanggung jawab.

Selain itu, Dr. Iswadi juga menyoroti pentingnya upaya diplomasi yang lebih intensif dari pemerintah Indonesia untuk memperbaiki situasi ini. Ia mengingatkan bahwa Indonesia dan Malaysia memiliki hubungan sejarah dan ekonomi yang sangat erat. Oleh karena itu, pemerintah Indonesia perlu memastikan bahwa perlindungan terhadap pekerja migran menjadi salah satu prioritas dalam hubungan bilateral ini. Upaya untuk meningkatkan kesadaran tentang hak-hak pekerja migran Indonesia di luar negeri juga harus terus dilakukan, baik melalui program pendidikan maupun pemberian informasi yang jelas dan mudah diakses.

Tak hanya pemerintah, Dr. Iswadi juga mengajak masyarakat Indonesia untuk lebih peduli terhadap nasib pekerja migran. Ia menyarankan agar berbagai organisasi masyarakat sipil, LSM, dan media massa turut berperan aktif dalam memperjuangkan hak-hak pekerja migran Indonesia, serta memberikan dukungan moral dan praktis kepada mereka yang membutuhkan. Kesadaran masyarakat Indonesia mengenai isu ini akan sangat membantu dalam mendorong pemerintah untuk mengambil tindakan yang lebih tegas.

Selain itu , Dr. Iswadi juga menyebutkan bahwa Malaysia seharusnya lebih menghargai kontribusi pekerja migran Indonesia terhadap perekonomian negara tersebut. Pekerja migran Indonesia memiliki peran penting dalam berbagai sektor, dan mereka sering kali bekerja di posisi-posisi yang tidak diminati oleh tenaga kerja lokal. Oleh karena itu, tindakan kekerasan terhadap mereka seharusnya tidak terjadi, apalagi dengan menggunakan senjata api yang berisiko mengancam nyawa.

Dr. Iswadi berharap bahwa insiden penembakan ini bisa menjadi pelajaran berharga bagi semua pihak untuk lebih memperhatikan kesejahteraan dan hak-hak pekerja migran Indonesia. Pemerintah Indonesia diharapkan dapat bekerja lebih keras untuk memperbaiki sistem perlindungan pekerja migran, sementara Malaysia diharapkan untuk lebih menghormati hak asasi manusia dan perlakuan yang adil terhadap pekerja migran. Tindakan tegas dan segera sangat dibutuhkan agar kejadian serupa tidak terjadi lagi, dan agar hubungan baik antara Indonesia dan Malaysia tetap terjaga.