Bendungan Ambruk Sejak 2015, Petani Lurah Ampalu Beralih ke Jagung dan Palawija

Padang Pariaman –(10/6)

Sudah lebih dari sepuluh tahun lamanya Bendungan Surau Bungo di Jorong Tanjuang Sikilie, Nagari Lurah Ampalu, Kabupaten Padang Pariaman, ambruk akibat banjir besar yang terjadi sekitar tahun 2015. Hingga kini, kerusakan tersebut belum mendapat perhatian serius dari pemerintah, menyebabkan krisis air irigasi yang berkepanjangan di wilayah pertanian masyarakat.
Bendungan yang dulunya menjadi sumber utama pengairan sawah ini kini tak lagi berfungsi. Akibatnya, ratusan hektare sawah warga menjadi kering dan tidak bisa ditanami padi seperti biasa. Warga yang sebelumnya mengandalkan pertanian padi sebagai mata pencaharian utama kini terpaksa beralih ke tanaman jagung dan palawija yang lebih tahan kekeringan.
“Sudah lebih dari sepuluh tahun kami bertahan tanpa pengairan. Sawah kami jadi kering, dan hasil panen pun terus menurun. Kami sangat berharap ada perhatian dari pemerintah,” ujar salah satu petani, warga Nagari Lurah Ampalu, Selasa (10/6).
Dampak kerusakan ini tidak hanya dirasakan di sekitar Tanjuang Sikilie saja, tetapi juga meluas hingga ke wilayah Desa Cubadak Mentawai di Kecamatan Pariaman Timur. Para petani di daerah tersebut juga mengalami kesulitan serupa akibat tidak adanya pasokan air dari bendungan.
Masyarakat berharap Pemerintah Kabupaten Padang Pariaman segera turun tangan untuk melakukan survei dan memperbaiki Bendungan Surau Bungo agar pertanian padi di kawasan tersebut dapat kembali pulih.
“Kami berharap Pemerintah Kabupaten Padang Pariaman, melalui dinas terkait seperti Dinas PUPR atau Dinas Pertanian, bisa segera melirik persoalan ini. Jangan sampai potensi pertanian di nagari kami hilang begitu saja,” tambahnya.
Hingga berita ini diturunkan, belum ada kepastian dari pihak pemerintah daerah mengenai rencana perbaikan bendungan yang telah rusak selama lebih dari satu dekade tersebut.
@azjn kpk tipikor news